Resensi Novel Pop


            "Anak Belanda Yang Kesepian"   

                                  

Judul Buku    : William
Pengarang     : Risa Saraswati
Penerbit         : PT. Bukune Kreatif Cipta
Tahun Terbit : 2017
Kota Terbit    : Jakarta
Cetakan          : Kedua, Juli 2017
Tebal Buku    : viii + 208 Halaman
ISBN                : 978-602-220-226-4

Sinopsis :

William itulah namanya. Anak laki-laki berusia 9 tahun yang berekspansi ke Hindia Belanda bersama dengan kedua orangtuanya lebih tepatnya ayahnya, Johan yang berencana menetap di tanah Batavia itu selama 5 tahun. Namun sang istri, Maria menolaknya.

Pada suatu hari, Johan dan Maria pergi ke toko-toko yang berada di Batavia.  Mereka berdua bertemu dengan sesama keluarga tentara. Maria nampak berbaur dengan istri mereka. Beberapa dari mereka berbicara tentang Kota Bandung yang bagus, indah, dan seperti Paris. Maria tampak antusias mendengarnya. Ia pun penasaran dengan kota itu. Maka sepulang dari toko, Maria membujuk Johan untuk pindah ke Kota Bandung. Namun Johan menolak karena alasan pekerjaan. Sayangnya, Maria sangat keras kepala.

Tak butuh waktu lama setelah perdebatan itu, akhirnya mereka sudah pindah di Bandoeng. Namun kota itu tak sepenuhnya benar. Maria tampak kesal saat pertama kalinya menginjakkan kakinya di Bandoeng. Namun tidak dengan William yang antusias mengagumi kota yang banyak ditanami tumbuhan hijau. Namun sekarang ia menikmati keindahan alam itu dengan suka cita.

Suatu pagi, William memberanikan diri untuk meminta bersekolah di rumah saja pada ibunya, namun Maria tak mengijinkannya. Dan besok hari pertamanya ke sekolah. Tempo hari ia pernah ikut dengan orangtuanya dalam perjamuan yang dihadiri anak pejabat Belanda di Bandoeng. Namun tidak ada yang membuatnya nyaman karena anak-anak orang kaya yang angkuh dan tak menyenangkan untuk diajak bicara.Ia pun berdiri diluar dan tiba-tiba datang seorang anak kecil yang sepantaran William menyapanya.

Namanya Toto. Anak laki-laki berkepala botak yang menyapa William dengan bahasa Belanda terbata-bata.
William tersenyum mendengar logat dan cara bicaranya. Ia pun meminta Toto untuk mengajaknya berjalan-jalan ke tempat yang menurut Toto sukai dengan bahasa Melayu terbata.

Malam itu, ia bermain biola tua pemberian kakeknya. Nama biola itu adalah Nouval, sama seperti nama orang yang memberikannya biola tua itu. Suara ketukan pintu memberhentikan biola yang tengah ia mainkan dan ayahnya datang ke kamar anaknya. Johan menyuruh William tidur karena waktu sudah tengah malam. Johan pun berpesan pada William untuk berhati-hati bermain dengan anak inlander itu. William yang mendengarnya kaget, namun ia pun langsung mengangguk sambil tersenyum lebar pada ayahnya itu.

Pada suatu hari setelah pulang sekolah, William menghampiri Nyai, seorang bedinde yang bekerja di rumahnya. William berkeluh kesah pada Nyai itu yang sudah ia anggap ibunya. Nyai itu menasehati William tanpa sepengetahuan orangtuanya. Nyai itu memeluk William dengan penuh kasih sayang, William menerima pelukan itu sambil tersenyum. Tak berapa lama datang Maria yang berteriak saat melihat bedinde itu memeluk anaknya. Ia marah besar dan ia pun mengusir Nyai itu.

Bukan hanya Nyai yang terusir, anak dan suaminya pun juga diusir. Padahal mereka sudah bekerja dengan sangat baik dan ulet. Namun Maria tidak peduli dengan nasib inlander miskin itu. Dan untuk pertama kalinya William menangis karena merasa bersalah pada keluarga Nyai. Johan tidak bisa berbuat apa-apa. Padahal William sudah menceritakan kejadian yang sebenarnya, namun ayahnya itu tidak bisa bertindak tegas pada Maria.

Semenjak hari itu, William menjadi anak yang berbeda dari biasanya. Ia selalu berusaha untuk menyenangkan hati ibunya. Maria pun turut senang dengan perubahan sikap anaknya. William juga sudah jarang bermain dengan para inlander lagi. Namun, suatu hari saat William berkunjung ke rumah rekan orangtuanya, muncul Toto yang memang bekerja di rumah keluarga Belanda yang baik itu.

Toto menghampiri William dengan senyum sumringah. Ia pun menanyai kabar William. Sontak Maria kaget dengan kehadiran inlander yang mengenali anaknya. Maria pun menatap wajah anaknya dengan pandangan keheranan, matanya melotot marah. Dengan terpaksa William mengucapkan kalimat yang tak bersahabat pada Toto. Semua orang yang ada di sana cukup terkejut, terutama Johan yang sangat tahu bahwa Toto adalah teman anaknya, namun di sisi lain ia mengerti bahwa William bersikap seperti itu karena Maria. Toto yang mendengarnya cukup terkejut dan ia pun meminta maaf karena tidak sopan memanggil William.

Semenjak saat itu, Toto tak pernah lagi muncul. William sangat menyesal telah bersikap seperti itu pada Toto. Seandainya waktu bisa terulang kembali, mungkin William tak akan mengucapkan kata-kata itu hanya untuk membuat Maria bangga.  Semenjak itu, William kembali menjadi anak yang pendiam.

Keesokan harinya, William berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Alih-alih menuju ke sekolah, William malah menuju ke perkampungan di mana Toto tinggal. Sudah beberapa lama William tidak melihat Toto lagi, jadi ia memutuskan untuk ke rumahnya. Namun ia tidak menemukan Toto di rumahnya. Ia malah bertemu dengan orang lain yang tidak William kenal.

Laki-laki itu cukup terkejut melihat seorang anak Belanda yang berada di rumahnya. Setelah menjelaskan kedatangannya ke rumah itu, akhirnya William mengetahui bahwa Toto telah pindah ke perkebunan Malabar. Setelah tahu bahwa Toto telah pindah, William menemui Johan. Ayahnya itu keheranan saat William meminta berlibur. William juga memberitahu maksud ia meminta berlibur pada ayahnya itu.

Setelah mengetahuinya, Johan pun membuat strategi agar dirinya dan William bisa pergi tanpa halangan. Ia berkata pada Maria bahwa ia mendapat tugas di perkebunan Malabar dan mengajak anaknya ikut serta. Maria pun yang mendengarnya ingin ikut juga namun Johan memberi alasan bahwa di perkebunan itu dipenuhi kotoran sapi dan kuda.

Seminggu kemudian, William dan Johan akhirnya bisa bebas dari Maria. Pagi itu, William terlihat sangat ceria dari biasanya. Matanya tak henti-henti mengaggumi pemandangan Indah yang terhampar luas di sekelilingnya.

William dan ayahnya, Johan kini memasuki pelataran rumah milik Bosscha. Mereka bertemu dengan seorang wanita bernama Dewi dan anak perempuan yang berada di belakangnya. Perempuan itu tersenyum melihat William. Nama panggilannya Nona. Ia mengajak William untuk berkeliling ke rumah Bosscha sedangkan ayahnya berbincang dengan Dewi di ruang tamu. Di rumah itu bukan hanya ada Nona, tetapi ada juga dua anak laki-laki yang terlihat lebih tua dari William. Namanya Kas dan Jan. Mereka berdua adalah kakak dari Nona. Kedatangannya ke Malabar untuk mencari Toto tidak membuahkan hasil. Seharian itu, William dan Kas bermain sepeda mengelilingi perkebunan teh. Disana William bercerita tentang sikapnya terhadap Toto. Kas menanggapi ucapan William.

Saat perjalanan pulang, William dan ayahnya sama-sama melamun. Keheningan terus berlanjut hingga mereka sampai di rumah. Selama di Malabar, William mendapat spirit baru. Ada kesedihan saat ia meninggalkan teman-temannya yang berhasil memberikan pencerahan, meski dalam waktu singkat. Maria yang telah menunggu pun menghampiri Johan dan bergelayut manja di lengan suaminya. Namun, sikap Johan berbeda dari biasanya. Maria nampak kesal dan menanyakan sikap suaminya itu.

William kembali ke rutinitas hariannya sebagai pelajar. Di sekolah, ia tetap menjadi anak yang pendiam. Ia juga kerap kali membatasi komunikasi dengan anak-anak lain dengan berpura-pura tidak bisa bahasa Melayu. Mereka tak pernah tahu bahwa sebenarnya William mengerti dengan apa yang sedang dibicarakan mereka terhadapnya.

Suatu hari, William dipanggil oleh wali kelasnya yang bernama Dietje Wijnberg untuk datang ke ruang guru. Guru muda itu cukup penasaran dengan latar belakang William. Ia kerap kali mendapat aduan dari beberapa siswa, bahwa William sangat tertutup dan tak bisa diajak bekerja sama oleh teman sekelasnya.

Dietje Wijnberg adalah orang Belanda asli yang sengaja dikirim oleh pemerintah Netherland khusus untuk mengajar anak-anak Belanda kaya yang ada di Hindia Belanda. Ia guru yang memiliki dedikasi tinggi terhadap murid-muridnya. Ia juga sama seperti William yang tidak menyukai bangsanya yang berkuasa terhadap para inlander. Dietje telah banyak memberikan William pencerahan dan banyak mengajarkan banyak hal baik.

Namun Dietje dipindah tugaskan karena ia dianggap mempengaruhi William. Maka ia pun diganti oleh guru baru. Namanya adalah Eunice Wyk. Guru senior itu memilik watak yang sangat galak. Dia selalu mengagung-agungkan bangsanya sama seperti Maria. Dia juga terkenal disiplin dan tak suka diremehkan oleh muridnya.
Sesekali ia datang ke rumah keluarga Van Kemmen untuk mengajari William beberapa pelajaran tambahan.

Pagi-pagi sekali, Johan berteriak-teriak memanggil nama istrinya. Teriakannya membuat seisi rumah berhamburan mencari tahu apa yang sedang terjadi. William pun terbangun mendengar ayahnya berkata kasar, tak seperti biasanya. William pun menanyakan pada ayahnya. Johan pun menjelaskan bahwa Maria pergi dari rumah membawa barang-barangnya. William mencoba ayahnya melihat apakah Maria membawa mobil. Johan pun berlari bersama beberapa jongos  melihat ke arah garasi dan mobilnya masih terparkir. William pun langsung berkata stasiun. Ia sangat tahu ibunya pasti akan menggunakan kereta api tanpa terkecuali.

Johan dan William akhirnya mencari Maria diikuti beberapa jongos yang mencari di dalam gerbong. William berlari sambil meneriaki ibunya. Dari kejauhan, ia melihat seorang perempuan yang duduk di kursi dekat toilet stasiun. Tubuhnya mirip Maria. William memanggilnya dengan ragu, ia takut salah orang. Namun itu memang Maria, ibunya. Maria menangis di depan anaknya dan ia memeluk William.

Maria kembali ke rumahnya. Sikapnya sedikit melunak tak seperti biasanya. Maria masih bersikap seperti anak kecil, di hadapan Johan maupun William. Namun tidak kepada para inlander. Ia tetap pada pendiriannya.  Pagi itu Maria mendatangi kamar anaknya. Ia melihat anaknya tengah asik membaca buku. Ia pun menepuk punggung William cukup keras, membuat anak itu terkaget-kaget.

Kedatangan Maria ke kamar anaknya itu, bermaksud untuk berbicara serius. Ia mengatakan pada William bahwa ia mendatangkan seseorang ke rumahnya. Maria ingin anaknya tumbuh menjadi anak yang pintar. Ia pun mendatangkan Nyonya Eunice yang telah menunggunya di depan. William menahan emosi, rasanya ingin meledak namun ia menahannya. Anak itu terus menunduk dengan wajah lesu. Namun saat kakinya melangkah ke ruang tamu, ia membelalakkan matanya melihat sosok perempuan yang berada di samping ibunya. Ia adalah Nona Dietje. William berteriak sambil berlari lalu ia memeluk perempuan yang sangat ia rindukan. Maria ikut tersenyum melihat anaknya menangis penuh haru.

Di suatu hari, Maria dengan cengengnya meminta Johan untuk mencari cara agar ia bisa kembali berkumpul dengan teman-temannya seperti dulu. Johan sebenarnya tak terlalu senang dengan keinginan istrinya, namun ia pun akhirnya mewujudkan keinginan Maria itu.
Malam itu para undangan datang. Terlihat beberapa teman-teman lama Maria yang turut hadir. Maria terlihat paling bersemangat. Ia memakai pakaian mewah dengan beberapa perhiasan. William yang tengah melamun pun dikejutkan dengan kedatangan Nyonya Eunice yang tersenyum lebar. Bukan hanya ia saja, ada juga Barbara dan Ollaf yang juga ikut tersenyum sinis menatap William Van Kemmen.

Malam itu, Maria kembali lagi dengan kehidupannya yang dulu. Bahkan ayahnya, Johan sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi. William pun mulai memainkan lagu yang sudah ia ciptakan. Nada berirama riang pun dimulai namun, setelah William selesai dengan lagunya, orang-orang yang hadir menatapnya dengan aneh. Maka ibunya, Maria menyuruh William dengan mengganti lagunya. Maka setelah itu, ia pun menggantinya dengan lagu minor seperti biasanya.

Esoknya, Dietje datang ke rumah William. Ia mendapati William tengah berada di halaman belakang. Sejak tadi Dietje mencarinya karena khawatir dengan William yang tak ada di ruang tengah untuk memulai jam pelajaran. Ia sedikit kesal karena merasa diabaikan oleh William. Anak itu menunduk sejak tadi namun tak lama kepalanya menengadah ke arah Dietje, matanya memancarkan kesedihan. Tak berapa lama William pun memeluk Dietje dan menangis di pelukannya. Anak itu hanya ingin dipeluk. Dietje pun membawa William masuk dengan dibantu para pembantu ke dalam kamarnya. Dietje membuat seolah-olah William memang sedang sakit.

Suatu hari, seorang pembantu di rumah Van Kemmen tengah bersenandung seorang diri di dapur. Diam-diam William memperhatikannya. Anak itu merasa tertarik dengan lagu yang dibawakan wanita itu. Wanita itu kaget dengan kehadiran William. William menanggapinya dengan senyuman. William pun menanyakan kepergiaan ibunya pada wanita itu. Wanita itu berkata bahwa ibunya sedang pergi berbelanja dengan teman-temannya hingga sore. William yang mendengarnya pun merasa senang, lalu ia mengambil biola di kamarnya untuk menyanyikan lagu yang tadi didengarnya. Wanita itu hanya mengangguk canggung, baru pertama kali ia berbicara kepada tuan mudanya itu yang biasanya pendiam.William memainkan biolanya bersama pembantu tua itu yang ikut bernyanyi lagu yang berjudul Boneka Abdi.

Pada akhir pekannya, Nona Dietje datang ke rumah keluarga Van Kemmen. Ia sudah lama tak datang. Ia disambut para inlander yang bercerita tentang keadaan William. Maka Dietje pun mendatangi kamar William. Di sana William terlihat pucat, ia terdiam sejenak lalu mulai bicara tentang nasib para inlander. Nona Dietje pun menanggapinya dengan tenang. Namun raut wajahnya seketika berubah. Dietje berkata bahwa ia akan kembali ke Rotterdam. Orangtua Dietje memintanya untuk pulang karena keadaan di Hindia Belanda akan segera memburuk.

Keadaan Hindia Belanda semakin memburuk, banyak orang Belanda yang kembali ke Netherland. Namun tidak dengan keluarga Van Kemmen. Johan dan Maria masih tetap berada di Hindia Belanda meskipun Nouval sudah menyuruhnya kembali. Nouval juga mengirim surat pada William. William pun bertanya pada kedua orangtuanya perihal desas desus kedatangan Jepang dan juga kenapa mereka tidak kembali ke Netherland. Namun ayahnya menanggapinya dengan tenang.

Suatu hari, terdengar teriakan Maria yang berada di belakang rumah. Ia berteriak pada seorang pembantu karena gaunnya robek. Johan datang disusul William yang kebisingan dengan teriakan Maria. Johan pun menenangkan Maria dengan membeli gaun yang baru. Namun Maria sudah marah dan tidak terkontrol lagi. Ia memaki habis-habisan pembantu itu. William tertegun mendengar dan melihat ibunya bersikap seperti itu. Tanpa sadar, ia berteriak keras pada ibunya. Ayahnya, Johan menampar William karena sikapnya yang kasar. Johan sangat marah, sementara Maria tak bisa berkata apa-apa. Ia sangat kaget dengan sikap anaknya.

Hari itu penjagaan di rumah keluarga Van Kemmen diperketat. Di dalam kamar, William nampak bosan karena tidak bisa memainkan biolanya. Ia ditemani oleh seorang pembantu. William pun meminta ijin untuk menemui ayah dan ibunya, maka pembantu itu pun mengijinkannya. Terdengar suara dari kamar orangtuanya. Mereka bertengkar hebat di sana. Mempermasalahkan soal tidak pulangnya mereka ke Netherland. Maria menangis dan sangat kaget saat Johan untuk pertama kalinya marah besar kepadanya. Seorang pembantu yang berada di sana pun mencoba membantu Maria yang terjatuh. Namun Maria menolak mentah-mentah dan ia juga memaki pembantunya yang terlihat menangis.

William mendatangi kamar ibunya. William jelas mendengar ibunya berteriak, mengejek pembantu itu. Spontan ia masuk dan membantu wanita itu bangkit dari duduknya. Ia juga menyuruh untuk keluar dari kamar ibunya. Maria amat marah dengan sikap William yang memperlakukan inlander itu, ia menampar pipi William dan memarahinya lalu menamparnya lagi. Anak itu sudah tak tahan lagi, ia pun menanggapinya dengan intonasi suara yang datar dan sangat serius. Maria cukup tercengang beberapa saat dan tak lama ia menjerit sekeras-kerasnya. Tak percaya dengan anak pendiam itu.

William sudah tak peduli lagi dengan kedua orangtuanya. Hanya ia sendirian, duduk di kursi ruang tengah sambil memainkan biola kesayangannya. Terdengar jelas langkah Nippon yang memasuki rumahnya. Namun William tak gentar dengan hal itu. Ia tetap memainkan biolanya. Hingga akhirnya, sebuah sabitan benda tajam yang berada di lehernya membuat segalanya menjadi gelap. Tubuh dan kepalanya terpisah, ada yang aneh dari jasad William. Sebuah senyum yang terlihat jelas di wajahnya. Seolah anak itu tertidur dalam mimpi yang Indah.

Kelebihan :
Novel William ini mempunyai alur cerita yang menarik sehingga para pembaca tidak mudah bosan. Selain itu, bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh para pembaca. Cover buku di desain semenarik mungkin agar para pembaca tertarik untuk membeli.

Kekurangan :
Novel ini tidak cocok dibaca oleh anak-anak karena ada beberapa kata yang tidak sesuai untuk dibaca oleh anak-anak.

Penilaian :
Novel William ini banyak mengandung pesan moral bagi para pembaca. Kisah ini mengajarkan kita tentang kesabaran dan patuh terhadap orang tua. Novel ini cocok dibaca oleh kalangan remaja dan bisa juga dibaca oleh orang dewasa.

Comments

Unknown said…
Good story 👍👍👍

Popular posts from this blog

Karya Sastra (Puisi II)

Resensi Novel Klasik